23 Januari 2008

seberapa dekat

Kira-kira 2 bulan lalu saya bezoek bapak atasan yang terkapar di iccu sebuah rumah sakit di gatsu. Bapak ini tidak pernah ada riwayat sakit apa gitu (ato saya yang ga tahu) tiba-tiba ngeluh nyeri di dada, 'iseng-iseng' periksa ke klinik kantor malah langsung disediakan ambulan menuju rs. Karena namanya iccu pasien biasanya dalam keadaan tidak sadar (mungkin koma) dan hanya boleh ditungguin satu keluarganya, dan untuk pembezoek dipersilakan masuk satu-satu untuk melihat kondisi terakhir pasien atau mungkin ingin menyumbangkan doa untuk kesembuhannya
Ketika giliran saya masuk ke ruang iccu, saya kaget! ruangan itu semacam bangsal besar yang disekat-sekat dengan gorden untuk tiap pasiennya. Mungkin ada sekitar 10-an pasien yang berjajar dalam kondisinya masing-masing. Karena si bapak menempati ruang vvip yang terletak diujung bangsal itu, mau tak mau saya harus melewati satu persatu pasien yang kondisinya sangat 'memprihantikan'. Dari ekor mata saya melihat, semua pasien dalam kondisi tidak sadar, menggunakan pipa plastik yang dimasukkan ke mulut (mungkin alat bantu pernafasan) dan disebelahnya ada indikator (mungkin) detak jantung yang bunyinya nit ... nit ... nit sesuai dengan irama jantungnya masing-masing pasien. Perasaan saya semakin berkecamuk tak keruan hingga tempat tidur pasien ke 4, saya coba menelan ludah untuk mengurangi ketakutan yang seketika membayang dan damn! ludah itu nyangkut di tenggorokan. Saya tercekat dan suasana hati saya mendadak tegang. Sebelum melewati ranjang pasien ke-6 saya putuskan untuk keluar dari ruangan itu dan urung membezoek beliau. Damn! rasa takut itu begitu dasyat dan tiba-tiba memeluk saya. Pintu kematian seolah-olah begitu dekat. Keberanian saya hilang semua melihat kondisi beberapa pasien di ruangan itu
Dalam perjalanan pulang, segala bayangan tentang kematian membayangi pikiran saya. Tidak salah kata orang bahwa kematian itu begitu dekat, lebih dekat dari urat leher katanya. Kita tidak perlu vonis dokter bahwa ada kanker stadium 4 telah mendekam di tubuh kita untuk meyakinkan diri bahwa kematian begitu dekat, bahwa ajal akan dialami semua makhluk dan mati akan mengakhiri semua yang hidup.
Dalam suatu waktu mungkin kita kasihan kepada seseorang yang kita tahu sedang mendekati kematiannya karena penyakitnya, namun pernahkah kita tahu siapa yang akan menjemput kematian lebih dulu? Jadi siapa yang perlu kita kasihani? siapa yang paling dekat dengan kematian?
Karenanya, dalam menghadapi orang-orang yang 'katanya' sedang mendekati kematian, saya tidak begitu setuju jika kita menggunakan kata-kata semacam 'ayo kamu harus kuat', 'jangan menyerah', 'semoga tuhan memberikan kesembuhan', dll. Saya cenderung untuk memperlakukan orang tersebut dengan 'hahahahhaha lagi sakit ya', 'eh ngupi-ngupi di warung yuk', 'kerjaan lu dah kelar belom?' Siapa bilang hanya dia yang sedang mendekati kematian, kita semua sedang mendekati kematian, mendekati akhir tahap hidup di dunia dan mengawali hidup di dunia yang lain

ps : bapak atasan itu telah meninggal sebelum pergantian tahun kemarin (semoga amal ibadahnya menjadi cahaya yang terang di kuburnya) setelah hampir 2 bulan dirawat di iccu karena penyempitan pembuluh darah. Sempat dilakukan pemasangan balon dan ring di beberapa tempat dan rencananya akan dilanjutkan dengan stem cell. Beliau meninggal karena gagal ginjal? buku taqdir memang dasyat!

6 komentar:

kw mengatakan...

benar juga way... yang sudah tergeletak di bangsal dekat kamar jenasah belum tentu kematiannya lebih dekat. cuman logika umum kan memang begitu, yang sehat lebih punya harapan hidup lebih tinggi.

kasihan, iya sih. cuman diam-diam, dalam hati aku bertanya-tanya. kenapa ya mereka yang sudah pernah mengalami sakit parah itu juga tak sadar-sadar mengubah perilakunya ya?

sebegitu cepatnya mereka melupakan.

Anonim mengatakan...

kamu takut, Way? Setelah takut, lalu gimana ya Way? merinding kalau mikirin ginian....

Unknown mengatakan...

jadi mbah kakung yg lebaran lalu di rawat di RS, saat itu kondisinya lumayan baik, tp begitu liat teman sebelahnya 'sakaratul maut' sampai tabung oksigennya ketendang jatuh, akhirnya kondisi mbah kakung drop lagi.....
mungkin beliau pikir sebentar lagi giliran saya yang di sebelahnya, alhamdulillah smp skrg beliau sehat.

Anang mengatakan...

semua yang hidup pasti akan mati.. marilah kita mempersiapkan mati dengan membawa cukup bekal.....

bahtiar@gmail.com mengatakan...

header nya dudu gambar kodok .. :)

iway disini mengatakan...

to mas kw:
ya gitu mas, isi hati orang ga ada yang tahu

to mbak endang:
setelah tahu ya bisa jadi bahan kontemplasi, atau ya biar tahu aja :D

to evi:
hihihihi, emang ke dokter pake giliran

to anang:
ya, siapkah dirimu!

to cewek nongkrong:
siapapun dirimu, satu guru satu ilmu jangan ganggu