05 Februari 2008

Balada Kaos Kaki

Saya lupa kapan terakhir membeli barang ini. Ketika tumit terasa aneh karena menyentuh bagian dalam sepatu, baru saya tahu kalau kaos kaki ini telah robek (bukan bolong ya, kalo kaos kaki ga bolong gimana masupin kakinya coba?). Saya amati lebih seksama, ternyata kaos ini pantas untuk robek, benang-benangya telah menipis tergerus deterjen dan sinar matahari.
Kapan terakhir kali saya membeli sabun mandi sendiri? mungkin ketika saya belum menikah. Setelah menikah saya cukup menemani istri ke pasar swalayan dan beliau akan memasukkan barang ini ke keranjang karena ada di catatan belanja hingga kami di rumah belum pernah kehabisan barang yang satu ini.

Kenapa ya saya cenderung melupakan hal-hal sepele, remeh-temeh. Padahal sesuatu yang besar pasti disusun dari yang kecil-kecil. Bisa jadi robeknya kaos kaki lama-lama membuat borok di kaki kemudian menjadi abses kemudian luka salah-salah harus diamputasi karena membahayakan organ yang lain. Mandi tanpa sabun jelas mengundang gerombolan jamur panu, kadas, kurap dan jamur-jamur yang lain. Masih untung kalau para jamur itu bisa dikumpulkan terus dibuat sop jamur, lha ini jelas jamur-jamur parasit yang merugikan kesehatan kulit yang pada akhirnya berimbas pada kesehatan organ yang lain.

Mungkin karena saya berpandangan size does matter, jadi hanya sesuatu yang kelihatan besar saja yang layak mendapatkan porsi perhatian saya tanpa melihat lebih jauh esensi dari sesuatu tadi.
Mungkin karena saya males mikir, ngapain dipikirin kalo (kelihatannya) ga penting?
Mungkin juga karena saya cuman orang biasa, ordinary people (kayak lagunya frente ajah)
Lha emang salah jadi orang biasa?

14 komentar:

Anang mengatakan...

kecil2 lama2 jadi bukit... masalah sepele dianggap remeh bisa berbahaya lho

Anonim mengatakan...

ya memang mgkn krn bawaan lingkungan yg mengangap memperhatikan hal kecil itu seolah menjadi org yg rumit.

tapi gak usah pusing, utk hal yg penting boleh tuh pola pikirnya diperbaiki dgn mulai memperhatikan sedikit hal kecil....

Anonim mengatakan...

ga salah jadi orang biasa kok.

sampeyan ini ternyata sama kayak bojoku, kaos kaki yo sampe bolong-bolong, sampe seng wedok ngelekno, baru deh bilang " beliin dong Bun..."
yo wes, beliin aja di sebelah pabrik barunya si Ipul murah 10 rb 3 pasang
tapi dijamin sebulan wes bolong meneh hahaha..... :D

Anonim mengatakan...

halah, gak usah hiperbol lah. mosok kaos kaki robek aja sampe harus amputasi kaki sih? hahahah...

Anonim mengatakan...

di Indonesia memang size does matter, buktinya Mak Erot laku keras..

Hehe, maaf OOT.


isnuansa

kw mengatakan...

beli kaos kaki kalau ada sale aja... :)

iway disini mengatakan...

to anang:
he'e

to mbak E:
heheh, bawaannya males mulu nih

to evi:
pernah beli yang kayak gitu, ukurane ra cocok

to mbok v:
lho mbok, gara-gara 1 rupiah uang ga jadi bernilai 1 juta lho :D

to nunik:
nah lho ketauan, situ suka terapi kesana yaa, mo ngecilin mbak??

to kw:
di blok m ada tuh, sale sepanjang tahun

Anonim mengatakan...

awalnya sih cuman database mati, trus bbrp tabel rusak, merembet ke package, ampe drop user.. semoga ga ampe ganti mesin ama buat aplikasi baru... amiiinn....
tetep semangat ya way.. kamu bisa!! :)

Anonim mengatakan...

jadi pengen duwe bojo..

Anonim mengatakan...

kadang orang suka nyium kaos kakinya, padahal udah tau bau....sampeyan gitu ga?

-Fitri Mohan- mengatakan...

jadi orang biasa nggak berarti kemudian tidak memperhatikan hal yang kecil-kecil kan ya. malah bagus kalau menyadari hal ini. tinggal gimana mulai mengubahnya.

Anonim mengatakan...

hahaha..kaos kaki juga bisa dibahas segini dalemnya..hemm..udah lama ga pake kaos kaki sih Pak..saya mah sekarang cuma merhatiin barang2 milik Iblis saya..

iway disini mengatakan...

to indro:
sudahlah nak, badai itu sudah berlalu

to zam:
lho kirain ga pengen

to hedi:
iya, termasuk bau jempol :D

to mbak fm:
:D itu dia mbak

to stey:
haik! iblis?? sampeyan punya peliharaan iblis??

Bangsari mengatakan...

Wekekekek. mulai terjangkit virus wong jakarta ki, apa apa dipikirin. stres.