01 November 2007

Pervasive Computing


Pagi ini pak budi (heran pagi-pagi dah ada di Jakarta) dan pak khairul dari LAPI ITB mempresentasikan tema tersebut di acara knowlodge sharing . Pervasive Computing adalah suatu lingkungan dimana sejumlah teknologi (terutama teknologi komputer) digunakan dan menyatu dalam objek dan aktivitas manusia sehari-hari, sehingga kehadirannya tidak dirasakan sebagai sesuatu yang khusus. Pervasive Computing bukan teknologi tetapi didukung oleh sejumlah teknologi yang setiap saat bisa berubah.
Gampangnya adalah gara-gara keajaiban teknologi bernama chip yang kian hari semakin mengecil ukurannya, maka sadar tak sadar kehidupan kita dikelilingi oleh komputer, hingga sadar tak sadar gaya hidup kita penuh dengan kegiatan komputasi. Hp, mp3 player, komputer, atm sampai kalkultator bertebaran di sekeliling kita, padahal semua gadget itu bisa dikatakan komputer dalam berbagai manifestasinya. Banyaknya komputer dan turunannya menurut konsep pervasive computing harusnya meningkatkan produktifitas orang yang menggunakannya, semisal administrator data centre yang bisa memantau kinerja sistem yang diawasinya tanpa harus datang ke data centre-nya sambil memberikan laporan yang diminta manajemen dan memberikan troubleshooting kepada klien yang lain melalui chating bahkan mungkin sambil memposting artikel dan menjawab komentar di blognya, semua dilakukan tanpa harus berjuang melewati kemacetan dan segala huru-hara yang terjadi di jalan. Atau bayangkan acara rapat yang diganti dengan tele-konference, peserta dari berbagai belahan dunia dan waktu dapat saling mengemukakan progress report dari pekerjaannya.
Salah satu komponen efisiensi adalah biaya, namun ada komponen efisiensi lain yang ditawarkan pervasive computing yaitu waktu. Ada risiko yang ada ketika orang menggunakan konsep ini ada pula risiko bagi yang tidak menggunakannya. Idealnya risiko yang menggunakan adalah peningkatan produktifitas dan yang tidak tentunya produktifitas yang begitu-begitu saja :D
Perkembangan hardware, software dan infrastruktur sudah demikian pesat. Siapa kira dulu internet dengan benwit 56.6 Kbps masih barang mewah, sekarang koneksi adsl dengan benwit mencapa 512 kbps tak terlalu mahal lagi. Teknologi penyimpanan sampai Giga-an sudah bukan barang mewah. Software pun tak kalah gesit dengan perkembangan prosesor, memory, kartu grafis hingga sistem penyimpanan. Ditambah dengan menjamurnya aplikasi-aplikasi internet yang memungkinkan semuanya ada dan bisa didapat di internet :D Dari sekedar aplikasi buat bernarsis ria hingga aplikasi keuangan tumbuh dan berkembang seiring berkembangnya teknologi, sehingga sedikit banyak merubah gaya hidup. Saya lupa kapan terakhir kali antri di loket untuk membayar tagihan telpon dan listrik, saya membayar tagihan tersebut di atm dan kalau lagi malas bisa lewat sms banking.
Perubahan gaya hidup ini yang mungkin menjadi semacam cultural hazard bagi kita semua. Di tempat-tempat umum orang lebih senang ngobrol atau utak-atik gadgetnya daripada mencoba berkenalan dengan orang-orang di sekitarnya, jarang bersosialisasi dengan tetangga karena sedang tenggelam dalam dunia internet (hi mbok hi mbak) :D hingga kecanduan-kecanduan akut pada gadget yang dulu mungkin tidak pernah terpikirkan. Seharusnya komputer dan sebangsanya bisa membantu meningkatkan produktifitas kita tetapi tetap menjadikan kita sebagi manusia yang manusiawi.


ps: ganti kulit nih, saya suka sekali dengan foto si kodok, it's so exotic

15 komentar:

Anonim mengatakan...

wah aku curiga...mbiyen sampeyan pangeran kodok yo?trus diambung putri..jadi pegawai BI..wekekekeke

Anonim mengatakan...

wohooo .... kodok yang manstabssss

Anonim mengatakan...

ini ngomongin kodok atau chip sih :D

-Fitri Mohan- mengatakan...

sekarang aku malah lagi berusaha keluar dari segala "ketagihan" itu. udah terlalu sering bergaul dengan manusia satu dan dua dimensi, sampe kikuk sendiri kalau ketemu manusia tiga dimensi. :D

kodoknya lucu. tapi, aku sempet takut pas masuk sini tadi...

iway disini mengatakan...

to pitik:
halah, kakean nonton sinetrong

to pakdhe:
yesss sirrrrr

to hedi:
chip segedhe kodok

to mbak fm:
jangan takut, kodoknya ga ikut hallowen kok

Anonim mengatakan...

hhmmmmm...pantes aja kemis pagi kemaren semangat banget pengen ikutan acaran kemisan DTI :) tumben-tumbenan si bapak satu ini semangat 45 ikut acara kemisan DTI BI. ternyata..pengen moto si Budi toh :) he..he..he.he...

Anonim mengatakan...

hehehe...seperti fitri, aku juga lagi ngurangin ketergantunganku. halah.

eh serius, kemaren bisa, seharian gak nyalain komputer. dan ternyata gpp. gak pingsan, gak panuan, gak gimana2, cuma rasanya kok ya aneh .... :D

iway, aku pernah ngobrol sm arya n lutfi, sepertinya di era digital ini, kita gak punya lagi foto2 versi cetak ya? foto mah banyaakkk...tapi semua tersimpan di komputer, di hape, di flashdisk. ayo bikin postingan soal ini :p

Anang mengatakan...

:D

Anonim mengatakan...

bisa aja sih kita begitu tergantungnya dgn komputer, tapi tetap jadi manusia yang manusiawi kalo tetap mengasah kepekaan melihat sekeliling. Dan disitu dibutuhkan hati mas.......

Anonim mengatakan...

netter juga manusia

buktinya mereka yang ketemu didunia maya bisa kongko kongko udud udud'an bareng ketemuan didunia nyata. kopdar bareng dsb dsb.
anggap saja komputer sebagai media. tapi ya tergantung manusianya juga yang menyingkapinya kali ya... :)

Anonim mengatakan...

saya jugah mas, salah satu korban ketergantungan...komputer dan internet. lg berusaha bwt lebih bisa menikmati dunia nyata.

btw kodoknya bagus, tp aku tetep suka gajah. lho, maksude opo? :D

iway disini mengatakan...

to naga:
daripada ngerumpi ga jelas, mending ngopi ngeteh gratis kan

to mbok ven:
postingan soal begituan? siap mbok, nyari bahan dulu ahh

to mbak endang:
ya mbak, hati itu yang tidak dipunyai komputer :D

to mata:
lha ya itu, bagaimana kita tetep jadi manusia di tengah gempuran barang-barang mirip setengah manusia

to gita:
hayak gajah? situ suka sama belalainya kali hihihih

Anonim mengatakan...

aduh! kodoknya bikin kaget nih!

Anonim mengatakan...

hehe... contoh blog yg menunjukkan ketergantungan pemiliknya dgn kodok alis TOAD.. ;p

Anonim mengatakan...

Saya berusaha tak terlalu tergantung sama komputer...kasihan mata, nanti minusnya tambah banyak.

Terus tak semua bayar lewat ATM, kan ada one bill lewat Kartu kredit..lagipula bukti dari ATM suka hilang tulisannya, dan terpaksa di copy dulu...walah malah repot. Gpp lah bayar Rp.5.000,- di counter sekaligus menambah fee based nya Bank, biar bulanannya juga tambah besar.