Ada yang bilang slisipan, kurang lebih berarti anda sedang bertandang ke rumah seseorang yang ingin anda temui, di saat yang sama orang itu sedang berkunjung ke rumah anda untuk alasan yang sama. Hasilnya, anda tidak bertemu dia demikian pula sebaliknya, selisih jalan kata orang padahal aneh kan ada orang yang iseng mengurangkan jalan satu sama lain.
Sebelas dua belas dengan ironi, kenapa saat kita sedang tidak membutuhkan begitu banyak angkot dan taksi yang berseliweran di depan mata dan ketika begitu membutuhkannya tidak ada angkot yang tidak penuh dan taksipun enggan berhenti karena masih terisi. Sedikit mirip dengan udyah bechek tidyak ada ojheck.
Saya punya pengalaman yang mirip-mirip juga (dari tadi mirip terus). Ada masanya ketika saya harus pergi ke rumah teman entah karena alasan ada tugas kelompok, ada game baru atau sekedar ngumpul dengan gerombolan begundal-begundal pengacau. Ketika harus ke daerah kebon jeruk, saya mengutuk diri sendiri kenapa tadi bilang mau datang, daerah yang semrawut, macet, panas, banyak angkot ga jelas dan seribu topan badai yang hanya bisa saya sampaikan kepada bilik jantung sebelah. Selang beberapa bulan saya kecantol teman asisten lap satu angkatan dibawah saya, ketika tanya dimana rumahnya saya cuma nyengir ketika dia menjawab di kebon jeruk.
Suatu hari teman kerja curhat, dia (teman saya perempuan) kangen pacarnya yang sedang kuliah dan kerja di negeri seberang sambil cerita emailnya tidak dibalas, chating dicuekin, dsb. Saya bilang apa sih untungnya long-distance relationship, kayak disini kurang cowok aja, dari satpam sampai kepala bagian available buat dipacarin. Sepertinya dia menyesal karena curhat kepada saya :D
Ibu teman saya mengenalkan saya kepada anak temannya yang lagi rungsing karena ditanya terus soal pasangan oleh keluarga besarnya. Secara tidak langsung beliau ini berkata, ini lho anak gadis temenku lagi jomblo, kamu lagi jomblo juga kan? dah pacaran aja sana :D Saya yang memang lagi jomblo tak menunggu lama langsung mengeluarkan jurus-jurus sms gombal, email-email represif penuh rayuan dan telpon-telpon ala abg dimabuk asmara (waktu itu saya masih abg kok). Ajakan kopdar saya iyakan meski saya harus merogok kocek lumayan dalam, karena kopdarnya di Malang. Dan kisah cinta itupun terjadi dengan alami, saya menjalani long- distance relationship dengannya. Ketika saya terlihat murung atau sedikit sedih, habislah saya jadi bahan bulan-bulanan teman kerja yang sempat curhat tadi, ya saya termakan omongan sendiri.
Saya sedikit tersenyum (dan sebel) ketika mas ini begitu benci dengan Jakarta, dan itu pulalah yang membuat saya akhirnya tertawa keras ketika mendapati beliau harus merelakan diri menjadi bagian hal yang sempat dibencinya
See, sebelas dua belas dengan slisipan dan ironi :D
Ketika rekan kerja bagian kami sering mengadakan kegiatan rapat di Bandung untuk kegiatan-kegiatan yang memerlukan waktu kerja tak terbatas dan sangat resource-consuming. Saat-saat break merupakan saat yang ditunggu karena kami bisa melepas ketegangan dengan sekedar berenang di hotel atau nongkrong di warung mi instan di depan itb. Tak jarang pula malam dihabiskan dengan berkeliling Bandung, mampir ke cafe nonton live music atau iseng karaoke bersama. Dari situ saya mendapati ternyata kehidupan malam Bandung di tempat-tempat tersebut dipenuhi gadis-gadis yang seumuran atau lebih muda dari saya. Entah yang dari tujuannya sama-sama menghabiskan malam seperti saya dan tujuan-tujuan yang lain. Ditambah dengan gaya hidup kost-kostan dan asrama yang menurut saya tidak sesuai dengan nilai-nilai saya yang notabene belum pernah merasakan hidup kost atau di asrama.
Apa yang kemudian terjadi (harusnya) bisa ditebak, saya terjerat kisah cinta dengan gadis asal Bandung dan dahsyatnya, berakhir dengan pernikahan :D
Mungkin yang diatas sana sedang terbahak-bahak menyaksikan ironi-ironi yang saya jalani. Ironi? itu kan menurut saya kalo menurut beliau mungkin tidak lebih dari goresan cerita diatas kertas yang beliau tulis entah berapa ribu tahun yang lalu. Bahwa yang menurut kita baik belum tentu baik buat kita, sederhana saja sebabnya karena pengetahuan kita sangat sedikit tentang alam semesta
Sebelas dua belas dengan ironi, kenapa saat kita sedang tidak membutuhkan begitu banyak angkot dan taksi yang berseliweran di depan mata dan ketika begitu membutuhkannya tidak ada angkot yang tidak penuh dan taksipun enggan berhenti karena masih terisi. Sedikit mirip dengan udyah bechek tidyak ada ojheck.
Saya punya pengalaman yang mirip-mirip juga (dari tadi mirip terus). Ada masanya ketika saya harus pergi ke rumah teman entah karena alasan ada tugas kelompok, ada game baru atau sekedar ngumpul dengan gerombolan begundal-begundal pengacau. Ketika harus ke daerah kebon jeruk, saya mengutuk diri sendiri kenapa tadi bilang mau datang, daerah yang semrawut, macet, panas, banyak angkot ga jelas dan seribu topan badai yang hanya bisa saya sampaikan kepada bilik jantung sebelah. Selang beberapa bulan saya kecantol teman asisten lap satu angkatan dibawah saya, ketika tanya dimana rumahnya saya cuma nyengir ketika dia menjawab di kebon jeruk.
Suatu hari teman kerja curhat, dia (teman saya perempuan) kangen pacarnya yang sedang kuliah dan kerja di negeri seberang sambil cerita emailnya tidak dibalas, chating dicuekin, dsb. Saya bilang apa sih untungnya long-distance relationship, kayak disini kurang cowok aja, dari satpam sampai kepala bagian available buat dipacarin. Sepertinya dia menyesal karena curhat kepada saya :D
Ibu teman saya mengenalkan saya kepada anak temannya yang lagi rungsing karena ditanya terus soal pasangan oleh keluarga besarnya. Secara tidak langsung beliau ini berkata, ini lho anak gadis temenku lagi jomblo, kamu lagi jomblo juga kan? dah pacaran aja sana :D Saya yang memang lagi jomblo tak menunggu lama langsung mengeluarkan jurus-jurus sms gombal, email-email represif penuh rayuan dan telpon-telpon ala abg dimabuk asmara (waktu itu saya masih abg kok). Ajakan kopdar saya iyakan meski saya harus merogok kocek lumayan dalam, karena kopdarnya di Malang. Dan kisah cinta itupun terjadi dengan alami, saya menjalani long- distance relationship dengannya. Ketika saya terlihat murung atau sedikit sedih, habislah saya jadi bahan bulan-bulanan teman kerja yang sempat curhat tadi, ya saya termakan omongan sendiri.
Saya sedikit tersenyum (dan sebel) ketika mas ini begitu benci dengan Jakarta, dan itu pulalah yang membuat saya akhirnya tertawa keras ketika mendapati beliau harus merelakan diri menjadi bagian hal yang sempat dibencinya
See, sebelas dua belas dengan slisipan dan ironi :D
Ketika rekan kerja bagian kami sering mengadakan kegiatan rapat di Bandung untuk kegiatan-kegiatan yang memerlukan waktu kerja tak terbatas dan sangat resource-consuming. Saat-saat break merupakan saat yang ditunggu karena kami bisa melepas ketegangan dengan sekedar berenang di hotel atau nongkrong di warung mi instan di depan itb. Tak jarang pula malam dihabiskan dengan berkeliling Bandung, mampir ke cafe nonton live music atau iseng karaoke bersama. Dari situ saya mendapati ternyata kehidupan malam Bandung di tempat-tempat tersebut dipenuhi gadis-gadis yang seumuran atau lebih muda dari saya. Entah yang dari tujuannya sama-sama menghabiskan malam seperti saya dan tujuan-tujuan yang lain. Ditambah dengan gaya hidup kost-kostan dan asrama yang menurut saya tidak sesuai dengan nilai-nilai saya yang notabene belum pernah merasakan hidup kost atau di asrama.
Apa yang kemudian terjadi (harusnya) bisa ditebak, saya terjerat kisah cinta dengan gadis asal Bandung dan dahsyatnya, berakhir dengan pernikahan :D
Mungkin yang diatas sana sedang terbahak-bahak menyaksikan ironi-ironi yang saya jalani. Ironi? itu kan menurut saya kalo menurut beliau mungkin tidak lebih dari goresan cerita diatas kertas yang beliau tulis entah berapa ribu tahun yang lalu. Bahwa yang menurut kita baik belum tentu baik buat kita, sederhana saja sebabnya karena pengetahuan kita sangat sedikit tentang alam semesta
20 komentar:
gyaaahhh....ini posting serius, lucu, tapi juga manis :D
Dia emang Maha Tua....ah Tau :-D
wehehe.. taun iki durung dines k bdg je.. sampeyan sampun yo? :p
tlisipan? kan udah ada hp atau jalur komunikasi lain...
aku ngerti banget isi postnya. tapi masih nggak ngerti kenapa judulnya tlisiban... kayanya lebih tepat: kena tulah...
:D
sebenarnya bukan ironi tapi itulah jalan hidup... itulah rahasia...
itulah rahasia Tuhan....yg kita tidak tau.
aku juga ga ngerti akhirnya nikah sama kakak tingkatku setelah 9 thn ga ketemu.
yeah...semua kersane Gusti Allah.
Aku mikirnya tlisipan itu nlisip terus, tapi akhirnya nlisip yang berakhir menyenangkan.
Btw kata anakku, 9 dari 10 cewek Bandung cantik dan yang satunya cuantiiik banget
skarang udah banyak pasilitas tuk ngindarinya ya...
salam kenal ya...
Makanya jangan kebangetan, kata orang...ojo supoto.....
menjaga supaya nggak "serba terlalu" itu yg sulit.. duh.
c'est la vie
hehehehe, Dia memang punya sense of humor yang maha witty. :)
btw, tuh temen kerja mo dijodohin ama Satpam, Way? Maksudnya biar saat ngantor nanti terasa lebih aman karena ada Nyonya Satpam ya, Way?
kontempelasi, wah yo postingan'e keren saiki. kontempelasi ki apane tirtonadi?
ini ironi atau kontradiktif??
atau keduanya artinya sama yak? :)
jalan hidup manusia tan keno kiniro...
gak pernah bisa ditebak secara pasti, makane hati-hati dan waspadalah!
to mbok:
nuwun mbok
to epat:
maha tau yang ga pernah tua
to indro:
sorry ye, kita udah beberapa kali, secara gitu lho :D
to hedi:
medianya gusti allah lebih canggih dari hp-ku je
to la:
ya nanti bikin posting baru judule "kena tulah" :P
to wkurniawan:
yup mas, begitulah
to evi:
cieeee, curcol nih?
to bu eny:
itu dulu bu, sekarang dah kebanyakan gadis perbandingannya jadi ga gitu lagi
to mbak rita:
salam kenal juga mbak
to mbak endang:
wah si tika harus dibilangin nih
to mpok:
ya, jangan ter-la-lu
to mbak fm:
iya, selera humornya kadang bikin alis naik sebelah
to mbak vina:
hehhehehe, sebenernya sih cuman pengen nyela karena ga punya saran yang bener
to balibul:
kontemplasi ki kandang jaran ning cedak solo baru kono
to kak lubis:
ehmmmm, aku pilih ironi ajah
to ndoro:
nggih ndoro
wahaha...
saya benci jalan-jalan terus..
*semoga ketlisipan*
aku yo benci jakarta, dan tetap bermimpi bisa pulang kampung suatu saat. tapi ilmuku ra payu blas di luar jakarta je... gimana lagi...
Posting Komentar