
Pagi ini
pak budi (heran pagi-pagi dah ada di Jakarta) dan pak khairul dari LAPI ITB mempresentasikan tema tersebut di acara knowlodge sharing . Pervasive Computing adalah suatu lingkungan dimana sejumlah teknologi (terutama teknologi komputer) digunakan dan
menyatu dalam objek dan aktivitas manusia sehari-hari, sehingga kehadirannya tidak dirasakan sebagai sesuatu yang khusus. Pervasive Computing bukan teknologi tetapi didukung oleh sejumlah teknologi yang setiap saat bisa berubah.
Gampangnya adalah gara-gara keajaiban teknologi bernama chip yang kian hari semakin mengecil ukurannya, maka sadar tak sadar kehidupan kita dikelilingi oleh komputer, hingga sadar tak sadar gaya hidup kita penuh dengan kegiatan komputasi. Hp, mp3 player, komputer, atm sampai kalkultator bertebaran di sekeliling kita, padahal semua gadget itu bisa dikatakan komputer dalam berbagai manifestasinya. Banyaknya komputer dan turunannya menurut konsep pervasive computing harusnya meningkatkan produktifitas orang yang menggunakannya, semisal administrator data centre yang bisa memantau kinerja sistem yang diawasinya tanpa harus datang ke data centre-nya sambil memberikan laporan yang diminta manajemen dan memberikan troubleshooting kepada klien yang lain melalui chating bahkan mungkin sambil memposting artikel dan menjawab komentar di blognya, semua dilakukan tanpa harus berjuang melewati kemacetan dan segala huru-hara yang terjadi di jalan. Atau bayangkan acara rapat yang diganti dengan tele-konference, peserta dari berbagai belahan dunia dan waktu dapat saling mengemukakan progress report dari pekerjaannya.
Salah satu komponen efisiensi adalah biaya, namun ada komponen efisiensi lain yang ditawarkan pervasive computing yaitu waktu. Ada risiko yang ada ketika orang menggunakan konsep ini ada pula risiko bagi yang tidak menggunakannya. Idealnya risiko yang menggunakan adalah peningkatan produktifitas dan yang tidak tentunya produktifitas yang begitu-begitu saja :D
Perkembangan hardware, software dan infrastruktur sudah demikian pesat. Siapa kira dulu internet dengan benwit 56.6 Kbps masih barang mewah, sekarang koneksi adsl dengan benwit mencapa 512 kbps tak terlalu mahal lagi. Teknologi penyimpanan sampai Giga-an sudah bukan barang mewah. Software pun tak kalah gesit dengan perkembangan prosesor, memory, kartu grafis hingga sistem penyimpanan. Ditambah dengan menjamurnya aplikasi-aplikasi internet yang memungkinkan semuanya ada dan bisa didapat di internet :D Dari sekedar aplikasi buat bernarsis ria hingga aplikasi keuangan tumbuh dan berkembang seiring berkembangnya teknologi, sehingga sedikit banyak merubah gaya hidup. Saya lupa kapan terakhir kali antri di loket untuk membayar tagihan telpon dan listrik, saya membayar tagihan tersebut di atm dan kalau lagi malas bisa lewat sms banking.
Perubahan gaya hidup ini yang mungkin menjadi semacam
cultural hazard bagi kita semua. Di tempat-tempat umum orang lebih senang ngobrol atau utak-atik gadgetnya daripada mencoba berkenalan dengan orang-orang di sekitarnya, jarang bersosialisasi dengan tetangga karena sedang tenggelam dalam dunia internet (
hi mbok hi mbak) :D hingga kecanduan-kecanduan akut pada gadget yang dulu mungkin tidak pernah terpikirkan. Seharusnya komputer dan sebangsanya bisa membantu meningkatkan produktifitas kita tetapi tetap menjadikan kita sebagi manusia yang manusiawi.
ps: ganti kulit nih, saya suka sekali dengan foto si kodok, it's so exotic